Heritage Peneleh. Pelopor Wisata Sejarah Surabaya Di Pusat Kota
Heritage Peneleh diresmikan pada 7 Juli 2023 bertepatan dengan diadakannya Festival Peneleh dan Java Coffe Culture. Dalam acara tersebut Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan kawasan Peneleh sangat berpotensi untuk menjadi destinasi wisata yang kaya sejarahnya.
Peneleh merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya "dipilih atau kaum terpilih",sehingga disekelilingnya masih tersisa bangunan ala kolonial peninggalan Belanda yang masih eksis diantaranya Makam Peneleh yang merupakan kawasan pemakaman elite para petinggi kolonial dan beberapa bangunan tua yang ada didalam kampung. Peneleh juga merupakan Kampungnya Para Guru Bangsa,karena disini setidaknya ada 3 pahlawan yaitu HOS Cokroaminoto,Ir Soekarno, dan Roeslan Abdulgani. Disekitaran kampung juga ada beberapa makam kuno yang tidak bisa dipindah berada didalam perkampungan warga.
Rumah Lahir Bung Karno
Rumah Lahir Bung Karno berada di Pandean IV/40. Rumah ini dipilih saat Ayah Soekarno Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ibu Nyoman Rai Srimben pindah tugas dari Bali ke Surabaya dalam posisi mengandung dan lahirlah Soekarno pada 6 Juni 1901 dengan nama Koesno.
Museum HOS Cokroaminoto
Museum HOS Cokroaminoto atau dikenal Haji Omar Said Cokroaminoto berada di Peneleh VII/29-3. Dirumah ini HOS Cokroaminoto bersama Istri dan Anaknya menjadikan rumahnya sebagai Kost untuk murid-muridnya,Soekarno dan Musso merupakan salah satu muridnya dan mereka berdua pernah bertukar pikiran di saat duduk dibangku sekolah.
Masjid Jami'Peneleh
Masjid Jami Peneleh berada di Peneleh V. Masjid ini merupakan peninggalan Sunan Ampel saat melakukan perjalan dari Ibukota Majapahit menuju ke Kawasan Ampel hendak mendirikan sebuah masjid disana,saat perjalanan Sunan Ampel singgah dikawasan Peneleh untuk beristirahat namun ia mendengar kalau dikawasan Peneleh ada pemukiman Islam yang tidak memiliki tempat ibadah yang layak akhirnya didirikanlah masjid ini bersama warga sekitar dan rombongannya
Makam Peneleh
Makam Peneleh merupakan kawasan pemakaman elite para petinggi kolonial Belanda berada di Jl. Makam Peneleh 38. Makam Seluas 6,4 hektar ini menjadikan sebagai Makam peninggalan Belanda paling besar di Indonesia. Sekiranya ada kurang lebih 3500 jasad disemayamkan disini,beberapa di antaranya Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat (1790–1848), Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus (1787–1844), Wakil Direktur Mahkamah Agung Hindia Belanda Pierre Jean Baptiste de Perez.
Sumur Jobong
Sumur Jobong berada di Pandean I,sumur ini ditemukan tidak sengaja saat pengalian proyek pelebaran saluran selokan. Jobong berasal dari Bahasa Jawa yang berarti tanah liat yang dibakar. Sumur ini ditemukan persis seperti sumur yang berada di Trowulan Ibukota Majapahit. Fragment tulang dan keramik yang ditemukan memperkuat hipotesis sebagai Kampung Tua di Surabaya.